Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang
berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta
pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk
membuat keputusan pembelian. Konsumen adalah seseorang yang menggunakan
barang atau jasa.
dengan Meningkatnya
kemakmuran, ketersediaan koneksitas dengan kecepatan tinggi dan
penawaran-penawaran online yang semakin berkembang akan semakin
memberikan pengaruh dalam perilaku konsumen terhadap pembelanjaan secara online, jika dibandingkan dengan belanja secara offline dimana konsumen harus berpergian keluar rumah mencari suatu barang yang sedang dibutuhkan akan menghabiskan waktu dan tenaga lebih banyak, di era modern saat ini konsumen sudah lebih memilih belanja secara online karena aksesnya yang mudah dan tidak harus berpergian keluar rumah yang membutuhkan waktu dan tenaga lebih banyak. dengan secara online konsumen hanya tinggal menggunakan handphone atau komputer yang sudah terkoneksi dengan internet lalu konsumen hanya tinggal mencari barang atau kebutuhan lain yang sedang diinginkan.
Dengan pertumbuhan yang akan
terus berlanjut ini, e-commerce menggambarkan peluang yang luar biasa
bagi para peritel online dan pemilik jasa operator untuk memperluas basis
konsumen mereka. Kunci untuk tetap menjadi yang terdepan berada pada kemampuan
untuk mengidentifikasi dan memahami keinginan konsumen, senantiasa mengikuti
perkembangan perubahan perilaku online dan menerapkan taktik yang membangun
hubungan jangka panjang dengan konsumen, maka para peritel online harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu perilaku para konsumen terhadap pembelanjaan secara online, dibawah ini adalah perilaku konsumen indonesia Menurut Handi Irawan perilaku konsumen Indonesia dikategorikan menjadi sepuluh, yaitu:
1.
Berpikir jangka pendek (short term perspective), ternyata sebagian
besar konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk
diajak berpikir jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari
yang serba instant.
2. Tidak terencana (dominated by unplanned
behavior). Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse buying, yaitu
membeli produk yang kelihatannya menarik (tanpa perencanaan sebelumnya).
3
Suka berkumpul. Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan suka berkumpul
(sosialisasi). Salah satu indikator terkini adalah situs social
networking seperti Facebook dan Twitter sangat diminati dan digunakan
secara luas di Indonesia.
4. Gagap teknologi (not adaptive to high
technology). Sebagian besar konsumen Indonesia tidak begitu
menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya
menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.
5.
Berorientasi pada konteks (context, not content oriented). Konsumen kita
cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan
begitu,konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih menarik
ketimbang hal itu sendiri.
6. Suka buatan Luar Negeri (receptive to
COO effect). Sebagian konsumen Indonesia juga lebih menyukai produk luar
negeri daripada produk dalam negeri, karna bias dibilang kualitasnya
juga lebih bagus dibanding produk di Indonesia
7.
Beragama(religious). Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu
agama. Inilah salah satu karakter khas konsumen Indonesia yang percaya
pada ajaran agamanya. Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu
dikemukakan oleh seorang tokoh agama, ulama atau pendeta. Konsumen juga
suka dengan produk yang mengusung symbol-simbol agama.
8. Gengsi
(putting prestige as important motive). Konsumen Indonesia amat getol
dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum
waktunya. Saking pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun
tetap laris terjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun.
Menurut Handi Irawan D, ada tiga budaya yang menyebabkan
gengsi.
Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk
pamer. Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas
sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik
kelas. Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan
sehingga mendorong untuk saling pamer.
9. Budaya lokal (strong in
subculture). Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan menyukai produk
luar negeri, namun unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup
tinggi. Ini bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku yang lain.
10.
Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment). Salah
satu karakter konsumen Indonesia yang unik adalah kekurangpedulian
mereka terhadap isu lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan
kepedulian konsumen terhadap lingkungan akan semakin meningkat, terutama
mereka yang tinggal di perkotaan begitu pula dengan kalangan menengah
atas relatif lebih mudah paham dengan isu lingkungan. Lagi pula mereka
pun memiliki daya beli terhadap harga premium sehingga akan lebih mudah
memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan terhadap mereka.
Di zaman serba instan ini, biasanya seseorang menginginkan sesuatu hal
didapatkan secara mudah dan dengan cara yang sederhana. Misalnya dalam
berbelanja. pembeli tidak perlu lagi datang ke toko dimana produk yang
dia inginkan dijual. Pembeli hanya perlu mengakses internet kemudian
memilih website sebagai toko online yang menjual produk yang dia
inginkan. Setelah memilih barang yang diinginkan sesuai dengan
spesifikasinya, dia hanya perlu membayarnya dengan kartu kredit atau
transfer melalui phone banking dan bisa juga melalui layanan internet
banking. Pembeli hanya perlu menunggu sampai barang yang di pesan
dikirimkan langsung ke rumah.
Belanja online sebetulnya dalam
sejarahnya sudah terjadi puluhan tahun yang lalu. Hanya saja saat itu
medianya bukan dengan menggunakan layanan internet. Saat itu sudah
dikenal dengan memakai televisi dan telepon. Penjual dapat mengiklankan
produknya menggunakan televisi dan pembeli dapat membeli barang tersebut
secara online melalui sambungan telepon. Caranya hampir sama dengan
belanja online dengan layanan internet. Pembeli hanya tinggal
menghubungi penjual, kemudian penjual mengirimkan barangnya ke rumah
pembeli dan terjadilah transaksi jual beli di rumah pembeli.
Lain
lagi jika kita membeli sebuah barang melalui sebuah forum jual beli.
Dalam forum jual beli lebih diutamakan kenyamanan masing-masing pihak
antara penjual dan pembeli. Misalnya mereka bisa melakukan pembayaran
secara COD (Cash On Delivery) atau menggunakan Rekening Bersama. Namun
cara seperti COD memang ada kelemahannya. Karena pembeli dan penjual
tetap harus mau repot untuk bertemu di sebuah tempat yang dijanjikan.
Keuntungannya adalah keduanya bisa sama-sama mengerti tentang barang dan
jenis transaksi yang lebih cepat yaitu menggunakan uang tunai. pada intinta konsumen di indonesia lebih menyukai pembelanjaan secara online karena lebih mudah dan instan.